Beranda » Jusuf Kalla: 23.000 Insinyur Berebut 20 Kursi di Perusahaan Saya

Jusuf Kalla: 23.000 Insinyur Berebut 20 Kursi di Perusahaan Saya

Jusuf Kalla: 23.000 Insinyur Berebut 20 Kursi di Perusahaan Saya

Portalwarta.com – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), mengungkapkan keprihatinannya terhadap realitas ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya bagi lulusan teknik dan insinyur. Dalam orasi ilmiahnya pada acara Wisuda Universitas Hasanuddin (UNHAS) Tahun Akademik 2024–2025, JK menyoroti ketidakseimbangan antara jumlah lulusan teknik dengan ketersediaan lapangan kerja di sektor tersebut.

Ia mencontohkan kondisi di salah satu perusahaannya yang hanya membuka 20 posisi untuk insinyur, namun menerima sekitar 23 ribu lamaran. Menurutnya, fenomena ini mencerminkan tingginya angka pengangguran terdidik dan minimnya penyerapan tenaga kerja di sektor teknik.

“Ini menunjukkan betapa besar ketimpangan yang terjadi. Banyak perusahaan ada, tetapi tidak semuanya membuka lapangan kerja, terutama untuk sektor-sektor strategis seperti teknik,” ujar JK dalam pidatonya di Baruga Andi Pangerang Pettarani, seperti dikutip dari kanal YouTube UNHAS, Rabu (11/6/2025).

JK juga menilai bahwa kondisi tersebut diperparah oleh ketidakpastian ekonomi global, yang dipicu oleh konflik geopolitik di Eropa dan Timur Tengah serta perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Dampaknya, harga komoditas unggulan Indonesia menurun, sehingga banyak proyek infrastruktur tertunda akibat pemangkasan anggaran. Hal ini berimbas langsung pada terbatasnya lapangan kerja teknis, khususnya di daerah.

Senada dengan JK, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham Akbar Habibie, menyoroti tantangan yang dihadapi dunia keinsinyuran di tanah air. Ia mengungkapkan bahwa rendahnya minat generasi muda terhadap profesi insinyur turut memperburuk situasi. “Banyak anak muda lebih memilih menjadi konten kreator seperti Youtuber ketimbang menekuni profesi keinsinyuran,” ujarnya.

Ilham menambahkan bahwa lemahnya dukungan dari industri lokal dan terbatasnya pasar kerja yang relevan menyebabkan banyak lulusan teknik terpaksa bekerja di luar bidang keahliannya. Hal ini menjadi sinyal bagi pemerintah dan dunia usaha untuk lebih serius menciptakan ekosistem kerja yang mendukung pengembangan profesi insinyur nasional.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *